EKBIS
Tren Mobil Listrik 2025 Positif, Tahun Depan Penuh Tantangan
apakabar.co.id, JAKARTA - Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan penerimaan masyarakat terhadap kendaraan listrik menunjukan tren positif sepanjang 2025. Meski begitu, pada 2026 mengalami tantangan yang cukup sulit untuk mempertahankan tren positif tersebut.
Skema insentif fiskal berbasis impor yang mulai dikurangi dan diarahkan hanya produksi lokal menjadi penyebabnya. Akibatnya, pertumbuhan industri (Electric Vehicle) EV di tahun 2026 berpeluang tidak akan semasif lonjakan pada akhir 2025.
Pada 2026, kata Yannes, menjadi fase konsolidasi yang keras, dimana pertumbuhan volume total melambat karena tekanan kenaikan harga BEV, terutama model CBU, yang berpotensi kembali menghantam middle class yang sangat sensitif harga di tengah ekonomi makro yang belum akselerasi.
“Sementara pemain yang hanya mengandalkan impor tanpa komitmen lokalisasi akan semakin tertekan dan perlahan tersisih dari segmen volume,” ujarnya di Jakarta, dikutip Sabtu (13/12).
https://apakabar.co.id/ototekno/aksesori-aftermarket-premium-byd-atto-1-kini-hadir-lengkap-di-indonesia/
Meski demikian, lanjutnya, tren ini bakal menjadi langkah awal persaingan fundamental yang lebih sehat. Dengan begitu pasar akan didorong oleh BEV berharga terjangkau dari Agen Pemegang Merek (APM) yang benar-benar menanamkan investasi dan menaikkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Momentum ini juga memiliki dampak yang baik bagi para pemain Jepang, yang sudah sangat mengenal pasar otomotif Tanah Air. Dengan tidak lagi adanya dukungan dari pemerintah seperti saat ini, pada 2026 pemain Jepang justru makin subur.
“Tanpa dukungan insentif yang selebar hari ini, segmen HEV Jepang justru berpeluang makin subur sebagai pilihan rasional, karena ditopang jejaring after-sales yang kuat dan persepsi risiko yang lebih rendah di mata konsumen,” ucapnya.
https://apakabar.co.id/ototekno/wuling-darion-ev-mpv-listrik-dengan-jarak-tempuh-540-km-dan-punya-kenyamanan-premium/
Berdasarkan riset ID COMM menunjukkan pemilik mobil listrik di Indonesia mayoritas berasal dari kelompok masyarakat kelas menengah atas yang sudah memiliki mobil dengan mesin pembakaran internal.
Maraknya penggunaan kendaraan listrik di Tanah Air, dirasa masih menjadi milik sebagian kelompok saja. Masyarakat yang memiliki pendapatan jauh di atas rata-rata, menjadi kelompok utama yang menjadi konsumen dari kendaraan tersebut.
Kegiatan riset yang dilakukan dengan cara mewawancarai konsumen, pelaku industri, perwakilan media massa, serta analisis kebijakan kendaraan listrik dalam tahun 2025 menunjukkan terjadinya pergeseran perilaku konsumen mobil.
Menurut studi, motivasi ekonomi merupakan faktor utama yang mendorong konsumen beralih ke mobil listrik, karena biaya operasional mobil listrik dinilai lebih rendah dan pemerintah menawarkan insentif pajak kepada pembeli mobil listrik.
Selain faktor ekonomi, sebagian responden mengaku bangga menjadi pengguna awal kendaraan elektrik yang bercitra modern dan inovatif. Hasil riset menunjukkan bahwa aspek lingkungan bukan alasan utama konsumen dalam memutuskan untuk membeli mobil listrik.
Menurut studi, harga mobil listrik yang dibeli responden penelitian berkisar Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar dan pasar kendaraan tersebut masih terkonsentrasi pada kelompok masyarakat kelas menengah atas berusia 25 sampai 50 tahun dengan mobilitas tinggi.
Catatan Gaikindo, jumlah kendaraan elektrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) di Indonesia telah meningkat dari 15.318 unit pada 2023 menjadi 43.188 unit pada 2024.
Editor:
BETHRIQ KINDY ARRAZY
BETHRIQ KINDY ARRAZY