OPINI

Perekonomian Indonesia di Tengah Tekanan Global

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: LPS
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: LPS
Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf*

Perekonomian global tahun 2025 diproyeksi melambat dibandingkan tahun 2024. Hal ini tercermin pada realisasi pertumbuhan ekonomi global (year on year) pada tahun 2024 sebesar 3,3 persen lebih tinggi dibandingkan proyeksi World Bank (WB) sekitar 3,2 persen pada tahun 2025. 

Pelambatan pertumbuhan global diperkirakan terus berlanjut hingga tahun 2026, yaitu hanya tumbuh sekitar 3,1 persen. Hal ini, sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan ekonomi di negara maju yang hanya 1,5 persen dan Emerging Market Economies (EMEs) 4,0 persen. 

Pelambatan pertumbuhan global sejalan dengan proyeksi pertumbuhan perekonomian terbesar dunia berdasarkan Gross Domestic Product (GDP) harga konstan, yaitu Amerika Serikat (AS) melambat dari 2,8 persen tahun 2024 menjadi hanya 2,0 persen tahun 2025. Pelambatan pertumbuhan AS diperkirakan akan terus berlanjut menjadi 1,7 persen pada tahun 2026.  

Perekonomian nomor dua terbesar dunia, yaitu China, menurut The Economist Intelligence Unit (EIU) diperkirakan tumbuh 4,8 persen tahun 2026 dari 5,0 persen tahun 2025. Sementara konsultan investasi global, Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun 2026 akan mengalami pelambatan, yaitu hanya 4,8 persen. 

Kecenderungan yang sama terjadi di zona Euro sebagai perekonomian terbesar ketiga dunia, diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 1,3 persen tahun 2025 dan mengalami pelambatan menjadi 1,2 persen tahun 2026. 

Di tengah tren pelambatan pertumbuhan ekonomi global tahun 2026, pengaruh China dalam perekonomian global diperkirakan akan semakin kuat. Hal ini tercermin pada meningkatnya dominasi China dalam perdagangan global, yaitu dari hanya 474 miliar dollar AS tahun 2000 menjadi 6,2 trilun dollar AS tahun 2024. 

Nilai perdagangan China tahun 2000 masih empat kali lebih kecil dari nilai perdagangan global AS, yaitu sekitar 2,0 triliun dollar AS. Namun, sejak tahun 2012, nilai perdagangan China sudah lebih besar dibandingkan dengan AS dengan mitra dagang yang tersebar di seluruh kawasan. 

Sejalan dengan The Economist, majalah yang berbasis di London, Inggris, terbitan 29 November 2026 memproyeksikan bahwa perdagangan China akan semakin kuat dalam beberapa tahun mendatang, khususnya tahun 2026. 

Kepemimpinan China dalam bidang teknologi akan semakin kuat. Hal ini dapat diamati pada sejumlah bidang, diantaranya kendaraan listrik (electric vehicles – EV), solar panels dan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang dapat diakses secara gratis. 

Kepemimpinan China dalam produk berteknologi tinggi dengan kandungan Research and Development (R&D) yang besar juga akan semakin dominan, terutama yang berkaitan dnegan produk autonomous vehicle (mobil tanpa sopir) dan produk obat-obatan.

Hal yang paling menonjol dalam kemajuan tekonogi China adalah robotaxi revolution yang akan mengubah model transportasi, logistik dan pola hidup perkotaan. Perusahaan outonomous taxi di China menghasilkan kendaraan yang tiga kali lebih murah dibandingkan perusahaan serupa, seperti Waymo di AS. 

Inovasi teknologi China berkembang sangat pesat. Hal ini tercermin pada industri obat-obatan China yang saat ini menjadi pemain nomor dua terbesar di dunia. Produk farmasi China yang berteknologi tinggi telah mendominasi perdagangan obat-obatan di seluruh penjuru dunia.

Kata kunci kemajuan inovasi teknologi China terletak pada perencanaan pembangunan ekonominya yang dikendalikan oleh pemerintah. Termasuk, keterlibatan pemerintah dalam menyiapkan pembiayaan untuk mendukung pengembangan industri manufaktur China. 

Pemerintah China membangun aglomerasi ekonomi yang tersebar di seluruh kota besar di China. Dimana, semua aglomerasi ekonomi didukung oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) terbaik yang mendukung kegiatan inovasi teknologi. 

Pemerintah China memberikan penghargaan yang tinggi kepada pekerja di bidang R&D. Hal ini menjadi insentif kepada para ahli dari universitas melakukan R&D sesuai dengan peta jalan pengembangan sektor manufaktur China. 

Pengembangan ekosistem R&D yang terintegrasi dengan sektor industri membuat China memimpin dalam inovasi teknologi. Hal ini ikut mengubah image China dari negara “peniru”, mengimitasi teknologi dari Eropa dan AS, menjadi pemimpin inovasi teknologi manufaktur terbaru. 

Lalu, apa yang bisa dipelajari oleh pemerintah Indonesia dari kepemimpinan China dalam bidang teknologi manufaktur global? Pelajaran pertama adalah perlunya kepemimpinan pemerintah dalam mengarahkan inovasi teknologi bekerjasama dengan perguruan tinggi, perusahaan-persuhaan milik negara, swasta nasional serta multinasional, dan masyarakat secara umum. 

Langkah kedua, pemerintah menetapkan national champion di industri manufaktur nasional. Produk industri manufaktur unggulan didukung dengan R&D, pembiayaan murah dan tenaga kerja berkualitas tinggi untuk melakukan penetrasi ke pasar nasional dan global. Startegi yang sama juga dilakukan oleh Korea dan Jepang pada awal pengembangan sektor manufakturnya. 

Langkah ketiga, pemerintah menyiapkan pembiayaan untuk R&D bekerjasama dengan sektor swasta. Pemerintah mendorong perguruan tinggi di Indonesia melakukan kerjasama riset dengan perusahaan manufaktur global dan juga lembaga riset nomor satu global. 

Langkah keempat, pemerintah melindungi para peneliti dan hasil risetnya. Hal ini bisa dilakukan melalui sistem renumerasi yang tinggi bagi para periset. Termasuk melindungi hasil riset melalui penegakan hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan paten. 

Akhirnya, langkah-langkah di atas akan mendorong reindustrialisasi akibat deindustrialisasi prematur, yaitu berkurangnya porsi sektor manufaktur dalam perekonomian nasional yang terlalu dini. 

Langkah-langkah di atas dapat memastikan bahwa perekonomian nasional akan “menjadi kaya, sebelum menjadi tua”, yaitu menjadi negara kaya sebelum populasi Indonesia memasuki fase penuaan pada tahun 2045 sehingga terhindar dari middle income trap

*) Chairman Asean Competition Institute (ACI) dan Ketua KPPU RI 2015 - 2018